KISAH RAJA SOLOMON
kisah raja salomon
by paulusjancok on Mon Aug 22, 2011 6:01 pm
Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya”. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: ”Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. An Naml: 44)
Catatan sejarah mengenai pertemuan antara Sulaiman dengan Ratu Saba’ menjadi jelas dengan penelitian yang dilakukan negeri tua Saba’ di Yaman Selatan. Penelitian yang dilakukan terhadap reruntuhan mengungkapkan bahwa seorang “ratu” pernah hidup di kawasan ini antara tahun 1000-950 SM dan melakukan perjalanan ke utara (ke Jerusalem).
Rincian tentang apa yang terjadi antara dua penguasa ini, kekuatan ekonomi dan politik negara mereka, pemerintahan mereka dan rincian lainnya, semua diterangkan dalam Surat An-Naml. Kisah ini, yang meliputi sebagian besar surat An-Naml, memulai rujukannya tentang ratu Saba’ dengan berita yang dibawa kepada Sulaiman oleh burung Hud-Hud, salah satu anggota tentaranya:
Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-Hud), lalu ia berkata; ”Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
Allah, tiada Tuhan Yang Disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Ársy yang besar”. Berkata Sulaiman: ”Akan kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta”. (QS. An Naml: 22-27)
Setelah menerima berita ini dari burung Hud-Hud, Sulaiman pun memerintahkannya sebagai berikut:
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”. (QS. An Naml: 28)
Setelah ini, Al Qur’an menceritakan kejadian yang berkembang setelah Ratu Saba’ menerima surat tersebut:
Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman dan sesungguhnya (isinya): “Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.
Berkata dia (Balqis); “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)”.
Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”. Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah apa yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah dan (aku akan) menunggu apa yang dibawa kembali oleh utusan-utusanku itu".
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman pun berkata: Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan oleh Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka, dan sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina”.
Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: ”Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: ”Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut terletak di hadapannya, ia pun berkata: Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
Dia berkata: “Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenali(nya)”.
Dia berkata: “Ubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenali(nya)”. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?”. Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.
Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya ia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakanlah kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. An Naml: 29-44)
Istana Sulaiman
Dalam surat dan ayat yang merujuk tentang ratu Saba’, Nabi Sulaiman juga disebutkan. Tatkala diceritakan dalam Al Qur’an bahwa Sulaiman mempunyai kerajaan serta istana yang mengagumkan, banyak perincian lain juga diberikan.
Berdasarkan ini, Sulaiman memiliki teknologi yang paling maju di masanya. Di istananya terdapat berbagai karya seni yang menakjubkan dan benda-benda berharga, yang mempesona semua yang melihatnya. Jalan masuk istana terbuat dari kaca. Al Qur’an menggambarkan istana ini dan pengaruhnya terhadap ratu Saba’ dalam ayat berikut:
Dikatakanlah kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya”. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: Ya, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. An Naml: 44)
Setelah haikal Sulaiman dihancurkan, satu-satunya dinding kuil yang tersisa diubah menjadi “Tembok ratapan” oleh Yahudi. Setelah penaklukan Jerusalem selama abad ke-7, kaum Muslim membangun Masjid Umar dan Kubah Batu di tempat kuil tersebut dahulunya berada. Pada gambar di sebelah kanan tampak Kubah Batu .
Istana Nabi Sulaiman disebut “Haikal Sulaiman” dalam literatur Yahudi. Saat ini, hanya “Tembok Barat” dari apa yang disebut haikal atau istana yang masih berdiri, dan ini pula tempat yang dinamakan “Tembok Ratapan” oleh orang Yahudi. Penyebab istana ini dihancurkan, sebagaimana juga banyak tempat lain di Jerusalem, adalah perilaku jahat serta sombong dari bangsa Yahudi. Al Qur’an menjelaskan kepada kita sebagai berikut:
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS. Al Isra’: 4-7)
Kuil Sulaiman memiliki teknologi yang paling maju saat itu dan pemahaman estetika yang unggul. Pada gambar di atas ditunjukkan pusat kota Jerusalem selama masa pemerintahan Nabi Sulaiman.
1) Pintu Barat daya
2) Istana Ratu
3) Istana Sulaiman
4) Pintu gerbang dengan 32 pilar
5) Gedung pengadilan
6) Hutan Libanon
7) Kediaman pendeta tingkat tinggi
Pintu masuk ke kuil
9) Alun-alun kuil
10) Kuil Sulaiman
Seluruh kaum yang disebutkan dalam bab-bab terdahulu patut menerima hukuman karena keingkaran dan ketakbersyukuran mereka atas karunia Allah, sehingga mereka pun ditimpa bencana. Setelah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa negara dan wilayah, dan akhirnya menemukan tempat tinggal di tanah suci pada masa Sulaiman, bangsa Yahudi sekali lagi dihancurkan karena perilaku mereka yang di luar batas, dan karena tindakan mereka yang merusak dan membangkang. Yahudi modern yang telah menetap di daerah yang sama dengan daerah di masa lalu, kembali menyebabkan kerusakan dan ”berbesar hati dengan kesombongan yang luar biasa” sebagaimana mereka lakukan sebelum peringatan yang pertama.
Ulasan